Monday, 26 November 2012

Stalker?

Title : Stalker?

Cast :
- Lee Hongki
- Kim Seolhyun
- Shin Hyejeong


Genre : Romance


Author : Karen C


Type : Oneshoot


Fanfict ini dibuat berdasarkan MV FT Island - Severely dengan sedikit penambahan cerita. Enjoy it ^^




Myeongdong Catholic Church, 25 Januari 2012, 10.15 KST

            Lalu lalang manusia manusia hitam tampak samar-samar mulai menghilang menuju pintu keluar bangunan suci itu. Beberapa diantara mereka masih berwajah sembab, terlihat dari sisa bulir air mata di bola mata mereka. Karangan bunga di kiri dan kanan bangunan gereja mulai luntur disapu oleh derasnya hujan pagi tadi. Beberapa dari mereka keluar dengan membawa payung hitam di bawah langit yang hitam pula. Berpakaian serba hitam dan pada akhirnya menghilang di balik mobil yang berwarna hitam pula.
            Hanya tersisa 1 pria tampan yang masih duduk tak bergerak dari tempat yang mungkin telah ia duduki selama 3,5 jam. Tangannya masih menggenggam foto wanita cantik yang sedari tadi tersenyum tiada henti padanya. Namun, ekspresi berbeda yang ia tunjukkan kepada sang wanita. Pria itu menangis sejadi-jadinya, tampak sebuah penyesalan besar dari sorot matanya. Bahunya bergetar berikut dengan jemari-jemarinya. Air matanya gugur, membasahi foto sang wanita cantik.
            Bagaimana tidak, Kim Seolhyun, seorang ballerina cantik harus meninggal dalam kecelakaan fatal yang terjadi pada 24 Januari 2012, hari dimana seharusnya ia tampil bersama dengan belasan ballerina ternama lainnya, mementaskan pertunjukan ballet Swan Lake. Namun, belum sempat ia mewujudkan impiannya, benturan keras di kepalanya telah membuat Seolhyun pergi untuk selama-lamanya hanya dalam hitungan menit usai kecelakaan singkat itu terjadi.
            Pria tampan berambut keriting ala boyband Korea Selatan itu perlahan mulai meletakkan foto Seolhyun, si wanita cantik yang notabene juga merupakan belahan jiwanya yang sudah mengisi relung hatinya selama hampir 2 tahun belakangan ini. Hati dan perasaannya tak kuat lagi menerima kenyataan bahwa kekasih hatinya harus pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Dengan perasaan hancur dan kelam, sang pria berjalan menunduk dengan cepat keluar dari pintu bangunan suci tersebut.

***
Halaman utama Myeongdong Catholic Church, 25 Januari 2012, 10.30 KST

BRAKK!!

            “Hei, kalau berjalan tolong lihat ke depan, jangan melihat ke bawah, kau ini bagaimana? Lihat Alkitab dan tasku jatuh karena ulahmu.”
           
Suara itu, ya aku mengenalnya, Ku beranikan diri untuk menatap wajah seseorang yang baru saja kutabrak. Wajah itu, baru beberapa menit  yang lalu aku melihatnya tersenyum menatapku dalam foto. Sosok yang kurindukan, Seolhyun, apakah itu kau?

            “ Hei, mengapa kau melihatku seperti itu? Ada yang lucu denganku? ”

            Suara lembutnya menyadarkanku dari lamunanku. Dengan refleks aku segera emmeluknya erat, Aku tak mau kehilangan Seolhyun untuk yang kedua kalinya. Namun, Seolhyun mengapa kau menolak pelukanku? Apa kau tak mengingatku? Ada apa denganmu? Apakah benturan keras di kepalamu semalam telah membuatmu melupakanku? Ceritakan padaku Seol…

            “ Dasar pria aneh. ”

            Seolhyun segera mengambil alkitab dan tasnya yang terjatuh kemudian masuk ke dalam gereja. Ia kesal, seorang pria yang tak ia kenal sama sekali tiba-tiba memeluknya setelah sebelumnya menabraknya sampai alkitab dan tasnya terjatuh ke halaman gereja. Bukannya meminta maaf, pria itu malah langsung memeluknya. Mungkin pria itu sudah gila, pikirnya dalam hati.

            Pria tampan itu  terdiam. Raut wajahnya dipenuhi tanda tanya. Bagaimana mungkin? Seolhyun baru saja dipanggil Tuhan tadi malam, namun bagaimana bisa ia bertemu lagi dengan Seolhyun? Sambil sesekali melirik pemandangan di kiri kanan jalanan, matanya tertuju pada harian kota di salah satu sudut jalan.

            “ 16 Januari ??? ”

***
FNC Dance Studio, 17 Januari 2012          

            Dentuman klasik irama Swan Lake menggema lembut di seluruh penjuru ruangan luas berdinding kaca itu. Seolhyun mulai menggerakkan tubuhnya mengikuti irama lagu. Ia berusaha konsentrasi kepada apa yang tengah dilakukannya. Namun, ada sesuatu yang mengganjal pikirannya. Sosok pria yang kemarin menabraknya di halaman gereja masih menggenang di otaknya. Siapakah pria itu sebenarnya? Dalam hati, Seolhyun merasa mengenal pria itu. Tapi dimana? Sebelumnya, bertemu dengan pria itu saja tak pernah.
                       
“Seolhyun-a , ada apa denganmu?”
“Tidak apa-apa.“
“Jangan berbohong, tidak biasanya kau seperti ini.”
“ Ah, sepertinya kepalaku pusing, bolehkah aku pulang lebih cepat hari ini? Sepertinya aku membutuhkan istirahat.”
“Lalu, bagaimana dengan pertunjukan kita? 7 hari bukanlah waktu yang lama.”
            “Hyejeong-a kumohon, ayolah  kali ini saja.”
            “Hah kau ini, ya sudahlah, apa boleh buat.”
***

            Dengan langkah gontai, Seolhyun melangkahkan kakinya menelusuri jalanan Myeongdong yang cukup dingin malam ini. Sweater dan mantel pink yang membalut tubuhnya tak mampu membuatnya merasa lebih hangat. Rambutnya yang panjang tertiup lembut oleh dinginnya angin malam yang juga menggelitik kulit putihnya dan membuat Seolhyun sesekali menggosok-gosokan kedua telapak tangannya guna menghilangkan sedikit rasa dingin yang tengah menyelimutinya.

            TIN!!!!!!!!!!!!!

            Kurasakan seseorang dengan sigap menarik tubuhku dan mendekapku dalam pelukan hangatnya. Hampir saja mobil hitam tadi menghantam tubuhku jika saja orang ini tidak segera menarikku ke dalam pelukannya. Dan kurasa, aku tak asing dengan pelukan ini.

            “Kau, tidak apa-apa?”
           
            Pria ini, ya aku mengenalnya, Pria aneh yang kemarin pagi menabrakku di halaman gereja. Mengapa aku bertemu lagi dengannya? Tapi, dia sudah menyelamatkanku. Jika saja tidak ada dirinya, mungkin aku sudah terkapar di jalan raya atau mungkin namaku akan segera terukir di batu nisan. Aku berhutang budi padanya. Setelah kuperhatikan, wajahnya tampan juga, mirip seperti idolaku, vokalis FT Island. Matanya indah, berbinar, seolah menyorotkan binar ketenangan.

            “Hei nona, kau mendengarku? Kau tidak apa-apa?”
“Ya, aku baik-baik saja, Terima kasih atas pertolonganmu. Jika saja tidak ada kau, mungkin aku sudah tidak ada lagi di dunia. Hehehe.. ,”

Aku tersenyum kecil kepada pria tampan yang berada di hadapanku. Dia ternyata tidak aneh seperti yang kubayangkan sebelumnya. Dia manis, dan … perhatian.

            “Jika boleh tahu, siapa namamu?”
            “Jangan memanggilku dengan sebutan nona, panggil saja Seolhyun, kau?”
            “Aku Hongki, apartemenmu sudah dekat.”
            “Bagaimana kau bisa tahu?”
            “Ah itu tidak penting, kita searah, biar ku antar?”
            “Boleh saja, sekali lagi terima kasih.”
           
            Pria ini, maksudku Hongki, namanya indah, seperti matanya yang indah juga, Dia baik sekali mau mengantarku sampai ke apartemenku.
***
            Pagi ini, Hongki mengajakku untuk menemaninya minum teh di salah satu Hendel and Gretel Café. Apakah ini suatu pertanda baik, apa Hongki menyukaiku? Perasaan macam apa ini. Mengapa perasaanku tiba-tiba gembira hanya karena dugaan seperti itu? Apakah aku mulai suka dengan Hongki?

***
Hendel and Gretel Café, 18 Januari 2012. 11.45

            Kami terdiam selama beberapa menit ketika sampai di dalam café. Sempat ada keributan kecil karena masalah sepele. Masalah tempat duduk. Hongki ingin duduk di dekat pemain musik sana, sementara aku ingin duduk tepat menghadap ke jendela. Tapi karena rasa terima kasihku padanya, akhirnya aku mengalah, dan kami duduk di dekat pemain musik.
            Aku menuangkan the ke cangkir Hongki dan juga ke cangkir mungilku. Tiba-tiba, Hongki memasukan 1 bongkah gula kotak ke dalam cangkirku.

            “Bagaimana kau bisa tahu tehku belum diberi gula?”
           
            Hongki hanya tersenyum kecil dan segera mengambil tehnya. Dia tersedak, lucu sekali ekspresinya. Membuatku sedikit terkekeh melihatnya.

            “Jangan menertawakanku Seolhyun. Minumlah tehmu selagi hangat.”

            Sekali lagi aku tertawa melihat wajah Hongki. Dia terlihat sedikit salah tingkah di hadapanku. Ada apa ini? Mengapa tiba-tiba Hongki pergi menuju panggung para pemain musik? Dan sekarang ia mulai mengambil alih piano di sudut panggung dan mengarahkan microphone ke hadapannya. Sepertinya ia ingin bernyanyi.

            “Untuk gadis cantik di meja 07, Seolhyun, ku persembahkan lagu ini untukmu.”

Jidokhage neomu jidokhage neoreul saranghaenabwa
Sumdo mot shwiigo neoman channeunde
Dodaeche eonjecheum keuman dul su inneunji
Jidokhage neomu jidokhage neoman saranghaenabwa
Neol bonaegiga naegen jukgiboda deo 
Himdeun jidokhan ilin geot gata ~

            Lagu ini, lagu kesukaanku, lagu Severely milik FT Island. Pria ini, Hongki, dia memang penuh kejutan. Dia tahu lagu kesukaanku. Dia menghiburku, ya setidaknya menghilangkan penat karena dikejar waktu mempersiapkan pertunjukkan ballet. Jari-jarinya dengan penuh kepercayaan diri menghasilkan tuts demi tuts yang indah dari piano yang tengah ia mainkan.

***
“Langit tidak mendung, tidak menunjukkan tanda-tanda akan turun hujan, untuk apa kau membawa payung?”
           
            Hongki melirik jam tangannya, Ia tersenyum kepada wanita yang sedang heran melihatnya membawa payung meskipun langit tampak begitu cerah.

            “Tunggulah sebentar lagi.”
           
            Hongki membuka payungnya. Ia merangkul Seolhyun lebih dekat agar terlindung di bawah payung. Tiba-tiba hujan turun rintik-rintik sebelum akhirnya kaki-kaki hujan turun dengan derasnya membasahi permukaan bumi.
           
            “Ini ajaib. Mengapa tiba-tiba turun hujan? Seperti di film saja.”
“Ya Seolhyun, kita tidak tahu kapan hujan akan turun, maka kita perlu bersiap-siap membawa payung. Seperti kondisi saat ini, tiba-tiba hujan turun, dengan deras.”


Seolhyun kembali tersenyum. Pria ini sudah berhasil membuatnya tersenyum entah untuk yang keberapa kalinya hari ini.

***
COEX Mall, Gangnam-ju , 19 Januari 2012

            Hongki kembali mengajakku berjalan-jalan. Kali ini kami berada di pusat kota Gangnam. Tentu kau tahu bukan? Tempat ini dipopulerkan oleh penyanyi kenamaan Korea Selatan PSY lewat lagu hitsnya “Gangnam Style” dengan koreo yang apik dan unik,
            Kali ini tidak segan-segan Hongki menggandeng tanganku sambil sesekali tersenyum manis ke arahku. Kami berjalan menelusuri setiap toko yang ada, dan perhatian kami tertuju pada sebuah toko klasik.
            Kami memasuki toko tersebut dan waw barang-barang yang dijual di dalamnya memang sangat bagus dan unik. Berbeda dari toko-toko yang kebanyakan hanya menjual kaos-kaos ataupun sepatu-sepatu dengan model trend masa kini. Toko ini menjual topi, jaket, dan pernak-pernik unik lainnya yang baru pertama kali kulihat.
            Langkah Hongki terhenti saat kami melewati deretan arloji-arloji dan kalung arloji keemasan. Perhatiannya tertarik dengan kalung arloji keemasan itu. Sepertinya ia menyukainya. Terlihat dari ekspresi wajahnya yang tampak begitu penasaran memperhatikan detail-detail yang terdapat arloji itu.
           
            “Kau menyukai arloji itu?”
            “Ah tidak, ayo kita jalan lagi.”

            Kamipun berjalan meninggalkan toko tersebut. Terlintas tiba-tiba di pikiranku untuk membelikan arloji itu untuk Hongki. Aku memutuskan untuk kembali ke toko tadi selagi Hongki berada di toilet. Ku beli kalung arloji keemasan itu untuk Hongki. Menurut sang penjual, arloji ini sangat langka dan dapat memberikan efek luar biasa kepada pemiliknya. Tidak masuk akal memang, aku juga bingung dengan maksud perkataan sang penjual.

***
            Seolhyun mengundangku untuk bertamu ke apartemennya siang ini. Mungkin ia ingin tahu lebih banyak tentangku. Begegas saja aku meluncurkan Hyundai i30 putihku melesat melalui sepanjang jalanan Myeongdong yang indah menuju apartemen Seolhyun.

Myeongdong Apartment, 20 Januari 2012

            “Kau ingin minum apa?”
            “Apa saja, maaf merepotkanmu,”
            “Ah tak apa, anggap saja apartemenmu sendiri.”

            Aku mulai menelusuri tiap-tiap sudut ruangan apartemen Seolhyun ketika ia tengan mengambilkan minuman untukku. Rasanya sudah lama aku tak bertamu ke tempat ini.

            “Apa kesibukanmu saat ini?”
“Aku, hanya mempersiapkan untuk ujian peningkatan level pianoku, bagaimana denganmu Seol?”
“Pertunjukkan ballet. 4 hari lagi pertunjukkan ballet itu akan berlangsung, maka aku harus mempersiapkan latihan ketat untuk pertunjukkan itu. Mungkin akan banyak menyita waktuku untuk beberapa hari belakangan ini. Tapi tak apa, pertunjukkan itu memang yang sudah kuimpikan sejak pertama kali memasuki sekolah ballet. Ku harap aku dapat menari dengan baik ketika pertunjukkan berlangsung.”
“Ya aku tahu.”
“Kau tahu? Dari siapa? Aku bahkan belum pernah memberitahukanmu mengenai hal ini.”
“Ah itu, dari foto-foto di dinding apartemenmu, banyak foto waktu kau sedang pentas.”

Hampir saja aku kehilangan akal untuk menjawab pertanyaan Seolhyun. Untung saja apartemen ini dihiasi oleh foto-foto Seolhyun ketika sedang pentas ballet di Gedung Kesenian.
           
“Kalau begitu, mengapa kau tidak latihan sekarang?”
“Entahlah, aku masih lelah, aku akan memulainya besok lusa, kau mau ikut?”
“Boleh?”
“Tentu saja, ikutlah denganku nanti.”

***

FNC Dance Studio, 22 Januari 2012

            Hari ini, aku menemani Seolhyun latihan ballet di studio. Ku perhatikan koreo-koreonya yang lembut, sangat sesuai dengan irama lagu Swan Lake yang lembut dan klasik. Sesekali kuberi ia tepuk tangan untuk menyemangatinya.
            Tiba-tiba perhatianku tertuju pada poster di mimbar pintu masuk studio. Poster pertunjukkan ballet. Pertunjukkan kelam di 24 Januari 2012.

***
            Mengingat kenangan memilukan itu, sejenak mata Hongki berkaca-kaca. Hatinya tak siap kehilangan Seolhyun untuk yang kedua kalinya. Tak mau Seolhyun melihatnya menangis, Hongki memutuskan untuk pergi keluar untuk sekedar menghirup udara segar dan menghilangkan sedikit kesedihannya.

***
            Hongki? Ada apa dengannya? Mengapa ia keluar begitu saja? Jaketnya tertinggal. Ah tak apa, ini adalah kesempatan bagus untuk memberikan arloji yang kemarin kubeli di toko klasik itu. Akan kuberi Hongki surprise kecil.

***
            Seolhyun memasukan arloji yang kemarin ia beli ke dalam saku jaket milik Hongki yang tertinggal di salah satu sudut ruangan. Namun, saku itu tidak kosong, tangannya menyentuh secarik artikel harian kota. Kecelakaan? Pertunjukkan ballet? 24 Januari? Tepat di saat itu, Hongki masuk kembali ke dalam ruangan setelah menyadari jaketnya tertinggal. Ia shock mendapati Seolhyun tengah membaca artikel kecelakaan itu.

            “Apa ini? Siapa kau sebenarnya? Seorang stalker?”
            “Tunggu Seol, aku dapat menjelaskan semuanya.”
“Penjelasan apa? Kau tau dimana apartemenku, lagu favoritku tanpa ku beritahu terlebih dahulu! Tentang gula dalam teh, dan hujan ? Apa itu?”
“Sebenarnya, pertemuan di gereja itu,  itu.. itu.. itu adalah hari pemakamanmu.”
“Hari pemakaman?”
“Kumohon, jangan pergi ke pertunjukan itu Seol.”
“Keluar !!”
“Tapi kau akan meninggal jika kau tetap pergi.”
“Kubilang keluar!! Sekarang juga!! ”

***

Myeongdong Apartment, 23 Januari 2012

Aku tak ingin bertemu lagi dengan pria aneh bernama Hongki itu. Beraninya ia memintaku untuk tidak pergi ke pertunjukkan yang selama ini telah ku impikan. Untuk apa aku menuruti kata-kata seorang pria yang bahkan belum genap 1 minggu ku kenal dan tiba-tiba berkata tentang hari pemakamanku, kematian, emmang siapa dia? Tuhan? Yang bisa meramalkan hidup dap matinya seseorang? Memang dasar pria aneh. Namun entah mengapa kata-katanya masih terngiang di telingaku sampai saat ini . “Tapi kau akan meninggal jika kau tetap pergi.”

Ku putuskan hari ini untuk terus melakukan latihan demi pertunjukan besok. Aku tak mau hasil jerih payahku selama ini sia-sia hanya karena beban pikiran akan kematian aneh yang diramalkan oleh pria aneh semacam Hongki.

***
Myeongdong Street, 24 Januari 2012, 7 PM KST

Tapi kau akan meninggal jika kau tetap pergi.” Kata-kata ini terasa seperti lelucon belaka di telingaku. Namun ada sedikit rasa takut yang menghantuiku. Tidak, aku tak boleh mempercayai kata-kata ini, hanya dalam 2 jam pertunjukanku akan segera dimulai. Tidak mungkin aku membuang-buang kesempatan emas ini.
Kulangkahkan kaki menelusuri kota Myeongdong di malam hari dengan headset yang terpasang di kedua telingaku. Lagu yang mengalun begitu indah dan tenang, ya lagu favoritku, Severely – FT Island. Ku langkahkan kakiku di zebra cross Myeondong street.

“Seolhyun-a, awass!!!”

Samar-samar aku mendengar suara yang memanggil namaku. Suara itu? Suara Hongki?

BRAKK!!!

Suara yang begitu keras disertai suara pecahan beling dan klakson bergerilya tepat di belakangku. Langkahku terhenti, Aku memutar kepalaku, memutar tubuhku ke belakang. Pemandangan apa yang kudapat? Tidak mungkin, tidak mungkin ini terjadi. Aku berlari ke sosok yang etngah terkapar bersimbah darah di hadapanku.

“Hongki, Hongki, bangun, kau mendengarku? Katakan kau mendengarku! Hongki ~ Hongki~

Tak kuasa ku membendung air mata ini, tanganku bergetar memeluk wajah bersimbah darah di hadapanku. Ingin rasanya ku berteriak sekencang-kencangnya, namun hanya isakan tangis pilu yang dapat keluar dari bibirku. Mengapa ini terjadi? Hongki, tolong bangun, jawab aku. Memang seharusnya aku tidak pergi ke pertunjukan ballet itu, mengapa? Mengapa aku menghiraukan peringatannya?

***
Korean National Cemetery, 25 Januari 2012

            Hujan gerimis mengiringi kepergian Hongki ke tempat peristirahatan terakhirnya. Hujan gerimis yang membasahi seluruh tanah pemakaman seakan marah akan kebodohanku. Semakin lama semakin deras. Aku, Seolhyun hanya bisa menangis menumpahkan segala amarah dan kesedihanku di bawah hitamnya langit mendung, hitamnya payung, hitamnya suasana duka, dan hitamnya ukiran di atas batu nisan


END

PLEASE DONT BE A SILENT READER. COMMENT JUSEYO ^^

No comments:

Post a Comment