Title : Stalker?
Cast :
- Lee Hongki
- Kim Seolhyun
- Shin Hyejeong
Genre : Romance
Author : Karen C
Type : Oneshoot
Fanfict ini dibuat berdasarkan MV FT Island - Severely dengan sedikit penambahan cerita. Enjoy it ^^
Myeongdong
Catholic Church, 25 Januari 2012, 10.15 KST
Lalu lalang manusia manusia hitam tampak samar-samar
mulai menghilang menuju pintu keluar bangunan suci itu. Beberapa diantara
mereka masih berwajah sembab, terlihat dari sisa bulir air mata di bola mata
mereka. Karangan bunga di kiri dan kanan bangunan gereja mulai luntur disapu oleh
derasnya hujan pagi tadi. Beberapa dari mereka keluar dengan membawa payung
hitam di bawah langit yang hitam pula. Berpakaian serba hitam dan pada akhirnya
menghilang di balik mobil yang berwarna hitam pula.
Hanya tersisa 1 pria tampan yang masih duduk tak bergerak
dari tempat yang mungkin telah ia duduki selama 3,5 jam. Tangannya masih
menggenggam foto wanita cantik yang sedari tadi tersenyum tiada henti padanya.
Namun, ekspresi berbeda yang ia tunjukkan kepada sang wanita. Pria itu menangis
sejadi-jadinya, tampak sebuah penyesalan besar dari sorot matanya. Bahunya
bergetar berikut dengan jemari-jemarinya. Air matanya gugur, membasahi foto
sang wanita cantik.
Bagaimana tidak, Kim Seolhyun, seorang ballerina cantik
harus meninggal dalam kecelakaan fatal yang terjadi pada 24 Januari 2012, hari
dimana seharusnya ia tampil bersama dengan belasan ballerina ternama lainnya,
mementaskan pertunjukan ballet Swan Lake.
Namun, belum sempat ia mewujudkan impiannya, benturan keras di kepalanya telah
membuat Seolhyun pergi untuk selama-lamanya hanya dalam hitungan menit usai
kecelakaan singkat itu terjadi.
Pria tampan berambut keriting ala boyband Korea Selatan
itu perlahan mulai meletakkan foto Seolhyun, si wanita cantik yang notabene
juga merupakan belahan jiwanya yang sudah mengisi relung hatinya selama hampir
2 tahun belakangan ini. Hati dan perasaannya tak kuat lagi menerima kenyataan
bahwa kekasih hatinya harus pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Dengan
perasaan hancur dan kelam, sang pria berjalan menunduk dengan cepat keluar dari
pintu bangunan suci tersebut.
***
Halaman
utama Myeongdong Catholic Church, 25 Januari 2012, 10.30 KST
BRAKK!!
“Hei, kalau
berjalan tolong lihat ke depan, jangan melihat ke bawah, kau ini bagaimana?
Lihat Alkitab dan tasku jatuh karena ulahmu.”
Suara
itu, ya aku mengenalnya, Ku beranikan diri untuk menatap wajah seseorang yang
baru saja kutabrak. Wajah itu, baru beberapa menit yang lalu aku melihatnya tersenyum menatapku
dalam foto. Sosok yang kurindukan, Seolhyun, apakah itu kau?
“ Hei, mengapa kau
melihatku seperti itu? Ada yang lucu denganku? ”
Suara lembutnya
menyadarkanku dari lamunanku. Dengan refleks aku segera emmeluknya erat, Aku
tak mau kehilangan Seolhyun untuk yang kedua kalinya. Namun, Seolhyun mengapa
kau menolak pelukanku? Apa kau tak mengingatku? Ada apa denganmu? Apakah
benturan keras di kepalamu semalam telah membuatmu melupakanku? Ceritakan
padaku Seol…
“ Dasar pria aneh. ”
Seolhyun segera mengambil alkitab dan tasnya yang
terjatuh kemudian masuk ke dalam gereja. Ia kesal, seorang pria yang tak ia
kenal sama sekali tiba-tiba memeluknya setelah sebelumnya menabraknya sampai
alkitab dan tasnya terjatuh ke halaman gereja. Bukannya meminta maaf, pria itu
malah langsung memeluknya. Mungkin pria itu sudah gila, pikirnya dalam hati.
Pria tampan itu
terdiam. Raut wajahnya dipenuhi tanda tanya. Bagaimana mungkin? Seolhyun
baru saja dipanggil Tuhan tadi malam, namun bagaimana bisa ia bertemu lagi
dengan Seolhyun? Sambil sesekali melirik pemandangan di kiri kanan jalanan, matanya
tertuju pada harian kota di salah satu sudut jalan.
“ 16 Januari ??? ”
***
FNC Dance Studio, 17 Januari 2012
Dentuman klasik irama
Swan Lake menggema lembut di seluruh
penjuru ruangan luas berdinding kaca itu. Seolhyun mulai menggerakkan tubuhnya
mengikuti irama lagu. Ia berusaha konsentrasi kepada apa yang tengah
dilakukannya. Namun, ada sesuatu yang mengganjal pikirannya. Sosok pria yang
kemarin menabraknya di halaman gereja masih menggenang di otaknya. Siapakah
pria itu sebenarnya? Dalam hati, Seolhyun merasa mengenal pria itu. Tapi
dimana? Sebelumnya, bertemu dengan pria itu saja tak pernah.
“Seolhyun-a , ada apa denganmu?”
“Tidak apa-apa.“
“Jangan berbohong, tidak biasanya kau
seperti ini.”
“ Ah, sepertinya kepalaku pusing, bolehkah
aku pulang lebih cepat hari ini? Sepertinya aku membutuhkan istirahat.”
“Lalu, bagaimana dengan pertunjukan
kita? 7 hari bukanlah waktu yang lama.”
“Hyejeong-a
kumohon, ayolah kali ini saja.”
“Hah kau ini, ya sudahlah, apa boleh
buat.”
***
Dengan langkah gontai, Seolhyun melangkahkan kakinya
menelusuri jalanan Myeongdong yang
cukup dingin malam ini. Sweater dan mantel pink yang membalut tubuhnya tak
mampu membuatnya merasa lebih hangat. Rambutnya yang panjang tertiup lembut
oleh dinginnya angin malam yang juga menggelitik kulit putihnya dan membuat
Seolhyun sesekali menggosok-gosokan kedua telapak tangannya guna menghilangkan
sedikit rasa dingin yang tengah menyelimutinya.
TIN!!!!!!!!!!!!!
Kurasakan seseorang
dengan sigap menarik tubuhku dan mendekapku dalam pelukan hangatnya. Hampir
saja mobil hitam tadi menghantam tubuhku jika saja orang ini tidak segera
menarikku ke dalam pelukannya. Dan kurasa, aku tak asing dengan pelukan ini.
“Kau, tidak
apa-apa?”
Pria ini, ya aku
mengenalnya, Pria aneh yang kemarin pagi menabrakku di halaman gereja. Mengapa
aku bertemu lagi dengannya? Tapi, dia sudah menyelamatkanku. Jika saja tidak
ada dirinya, mungkin aku sudah terkapar di jalan raya atau mungkin namaku akan
segera terukir di batu nisan. Aku berhutang budi padanya. Setelah kuperhatikan,
wajahnya tampan juga, mirip seperti idolaku, vokalis FT Island. Matanya indah,
berbinar, seolah menyorotkan binar ketenangan.
“Hei nona, kau
mendengarku? Kau tidak apa-apa?”
“Ya, aku baik-baik saja, Terima kasih atas
pertolonganmu. Jika saja tidak ada kau, mungkin aku sudah tidak ada lagi di
dunia. Hehehe.. ,”
Aku
tersenyum kecil kepada pria tampan yang berada di hadapanku. Dia ternyata tidak
aneh seperti yang kubayangkan sebelumnya. Dia manis, dan … perhatian.
“Jika boleh tahu, siapa namamu?”
“Jangan memanggilku dengan sebutan
nona, panggil saja Seolhyun, kau?”
“Aku Hongki, apartemenmu sudah
dekat.”
“Bagaimana kau bisa tahu?”
“Ah itu tidak penting, kita searah, biar
ku antar?”
“Boleh saja, sekali lagi terima
kasih.”
Pria ini, maksudku
Hongki, namanya indah, seperti matanya yang indah juga, Dia baik sekali mau
mengantarku sampai ke apartemenku.
***
Pagi ini, Hongki mengajakku untuk menemaninya minum teh
di salah satu Hendel and Gretel Café. Apakah
ini suatu pertanda baik, apa Hongki menyukaiku? Perasaan macam apa ini. Mengapa
perasaanku tiba-tiba gembira hanya karena dugaan seperti itu? Apakah aku mulai
suka dengan Hongki?
***
Hendel
and Gretel Café, 18 Januari 2012. 11.45
Kami terdiam selama beberapa
menit ketika sampai di dalam café. Sempat ada keributan kecil karena masalah
sepele. Masalah tempat duduk. Hongki ingin duduk di dekat pemain musik sana,
sementara aku ingin duduk tepat menghadap ke jendela. Tapi karena rasa terima
kasihku padanya, akhirnya aku mengalah, dan kami duduk di dekat pemain musik.
Aku menuangkan the ke cangkir Hongki dan juga ke cangkir
mungilku. Tiba-tiba, Hongki memasukan 1 bongkah gula kotak ke dalam cangkirku.
“Bagaimana kau bisa
tahu tehku belum diberi gula?”
Hongki hanya
tersenyum kecil dan segera mengambil tehnya. Dia tersedak, lucu sekali
ekspresinya. Membuatku sedikit terkekeh melihatnya.
“Jangan
menertawakanku Seolhyun. Minumlah tehmu selagi hangat.”
Sekali lagi aku tertawa melihat wajah Hongki. Dia terlihat
sedikit salah tingkah di hadapanku. Ada apa ini? Mengapa tiba-tiba Hongki pergi
menuju panggung para pemain musik? Dan sekarang ia mulai mengambil alih piano
di sudut panggung dan mengarahkan microphone
ke hadapannya. Sepertinya ia ingin bernyanyi.
“Untuk
gadis cantik di meja 07, Seolhyun, ku persembahkan lagu ini untukmu.”
Jidokhage
neomu jidokhage neoreul saranghaenabwa
Sumdo mot shwiigo neoman channeunde
Dodaeche eonjecheum keuman dul su inneunji
Jidokhage neomu jidokhage neoman saranghaenabwa
Neol bonaegiga naegen jukgiboda deo
Himdeun jidokhan ilin geot gata ~
Lagu ini, lagu kesukaanku, lagu
Severely milik FT Island. Pria ini, Hongki, dia memang penuh kejutan. Dia tahu
lagu kesukaanku. Dia menghiburku, ya setidaknya menghilangkan penat karena
dikejar waktu mempersiapkan pertunjukkan ballet. Jari-jarinya dengan penuh
kepercayaan diri menghasilkan tuts demi tuts yang indah dari piano yang tengah
ia mainkan.
***
“Langit tidak mendung, tidak
menunjukkan tanda-tanda akan turun hujan, untuk apa kau membawa payung?”
Hongki melirik jam
tangannya, Ia tersenyum kepada wanita yang sedang heran melihatnya membawa
payung meskipun langit tampak begitu cerah.
“Tunggulah sebentar
lagi.”
Hongki membuka
payungnya. Ia merangkul Seolhyun lebih dekat agar terlindung di bawah payung.
Tiba-tiba hujan turun rintik-rintik sebelum akhirnya kaki-kaki hujan turun
dengan derasnya membasahi permukaan bumi.
“Ini ajaib. Mengapa tiba-tiba turun
hujan? Seperti di film saja.”
“Ya Seolhyun, kita tidak tahu kapan
hujan akan turun, maka kita perlu bersiap-siap membawa payung. Seperti kondisi
saat ini, tiba-tiba hujan turun, dengan deras.”
Seolhyun
kembali tersenyum. Pria ini sudah berhasil membuatnya tersenyum entah untuk
yang keberapa kalinya hari ini.
***
COEX
Mall, Gangnam-ju , 19 Januari 2012
Hongki kembali
mengajakku berjalan-jalan. Kali ini kami berada di pusat kota Gangnam. Tentu
kau tahu bukan? Tempat ini dipopulerkan oleh penyanyi kenamaan Korea Selatan
PSY lewat lagu hitsnya “Gangnam Style”
dengan koreo yang apik dan unik,
Kali ini tidak segan-segan Hongki menggandeng tanganku
sambil sesekali tersenyum manis ke arahku. Kami berjalan menelusuri setiap toko
yang ada, dan perhatian kami tertuju pada sebuah toko klasik.
Kami memasuki toko tersebut dan waw barang-barang yang
dijual di dalamnya memang sangat bagus dan unik. Berbeda dari toko-toko yang
kebanyakan hanya menjual kaos-kaos ataupun sepatu-sepatu dengan model trend
masa kini. Toko ini menjual topi, jaket, dan pernak-pernik unik lainnya yang
baru pertama kali kulihat.
Langkah Hongki terhenti saat kami melewati deretan
arloji-arloji dan kalung arloji keemasan.
Perhatiannya tertarik dengan kalung arloji keemasan itu. Sepertinya ia
menyukainya. Terlihat dari ekspresi wajahnya yang tampak begitu penasaran
memperhatikan detail-detail yang terdapat arloji itu.
“Kau menyukai
arloji itu?”
“Ah tidak, ayo kita jalan lagi.”
Kamipun berjalan
meninggalkan toko tersebut. Terlintas tiba-tiba di pikiranku untuk membelikan arloji
itu untuk Hongki. Aku memutuskan untuk kembali ke toko tadi selagi Hongki
berada di toilet. Ku beli kalung arloji keemasan itu untuk Hongki. Menurut sang
penjual, arloji ini sangat langka dan dapat memberikan efek luar biasa kepada
pemiliknya. Tidak masuk akal memang, aku juga bingung dengan maksud perkataan
sang penjual.
***
Seolhyun mengundangku
untuk bertamu ke apartemennya siang ini. Mungkin ia ingin tahu lebih banyak
tentangku. Begegas saja aku meluncurkan Hyundai i30 putihku melesat melalui sepanjang
jalanan Myeongdong yang indah menuju apartemen Seolhyun.
Myeongdong
Apartment, 20 Januari 2012
“Kau ingin minum apa?”
“Apa saja, maaf merepotkanmu,”
“Ah tak apa, anggap saja apartemenmu
sendiri.”
Aku mulai menelusuri tiap-tiap sudut ruangan apartemen
Seolhyun ketika ia tengan mengambilkan minuman untukku. Rasanya sudah lama aku
tak bertamu ke tempat ini.
“Apa kesibukanmu
saat ini?”
“Aku, hanya mempersiapkan untuk ujian
peningkatan level pianoku, bagaimana denganmu Seol?”
“Pertunjukkan ballet. 4 hari lagi
pertunjukkan ballet itu akan berlangsung, maka aku harus mempersiapkan latihan
ketat untuk pertunjukkan itu. Mungkin akan banyak menyita waktuku untuk
beberapa hari belakangan ini. Tapi tak apa, pertunjukkan itu memang yang sudah
kuimpikan sejak pertama kali memasuki sekolah ballet. Ku harap aku dapat menari
dengan baik ketika pertunjukkan berlangsung.”
“Ya aku tahu.”
“Kau tahu? Dari siapa? Aku bahkan belum
pernah memberitahukanmu mengenai hal ini.”
“Ah itu, dari foto-foto di dinding
apartemenmu, banyak foto waktu kau sedang pentas.”
Hampir
saja aku kehilangan akal untuk menjawab pertanyaan Seolhyun. Untung saja
apartemen ini dihiasi oleh foto-foto Seolhyun ketika sedang pentas ballet di
Gedung Kesenian.
“Kalau begitu, mengapa kau tidak latihan
sekarang?”
“Entahlah, aku masih lelah, aku akan
memulainya besok lusa, kau mau ikut?”
“Boleh?”
“Tentu saja, ikutlah denganku nanti.”
***
FNC Dance Studio, 22 Januari 2012
Hari ini, aku
menemani Seolhyun latihan ballet di studio. Ku perhatikan koreo-koreonya yang
lembut, sangat sesuai dengan irama lagu Swan
Lake yang lembut dan klasik. Sesekali kuberi ia tepuk tangan untuk
menyemangatinya.
Tiba-tiba perhatianku tertuju pada poster di mimbar pintu
masuk studio. Poster pertunjukkan ballet. Pertunjukkan kelam di 24 Januari
2012.
***
Mengingat kenangan memilukan itu, sejenak mata Hongki
berkaca-kaca. Hatinya tak siap kehilangan Seolhyun untuk yang kedua kalinya.
Tak mau Seolhyun melihatnya menangis, Hongki memutuskan untuk pergi keluar
untuk sekedar menghirup udara segar dan menghilangkan sedikit kesedihannya.
***
Hongki? Ada apa dengannya? Mengapa ia keluar begitu saja?
Jaketnya tertinggal. Ah tak apa, ini adalah kesempatan bagus untuk memberikan
arloji yang kemarin kubeli di toko klasik itu. Akan kuberi Hongki surprise kecil.
***
Seolhyun memasukan arloji yang kemarin ia beli ke dalam
saku jaket milik Hongki yang tertinggal di salah satu sudut ruangan. Namun,
saku itu tidak kosong, tangannya menyentuh secarik artikel harian kota.
Kecelakaan? Pertunjukkan ballet? 24 Januari? Tepat di saat itu, Hongki masuk
kembali ke dalam ruangan setelah menyadari jaketnya tertinggal. Ia shock
mendapati Seolhyun tengah membaca artikel kecelakaan itu.
“Apa ini? Siapa kau
sebenarnya? Seorang stalker?”
“Tunggu Seol, aku dapat menjelaskan
semuanya.”
“Penjelasan apa? Kau tau dimana
apartemenku, lagu favoritku tanpa ku beritahu terlebih dahulu! Tentang gula
dalam teh, dan hujan ? Apa itu?”
“Sebenarnya, pertemuan di gereja
itu, itu.. itu.. itu adalah hari
pemakamanmu.”
“Hari pemakaman?”
“Kumohon, jangan pergi ke pertunjukan
itu Seol.”
“Keluar !!”
“Tapi kau akan meninggal jika kau tetap
pergi.”
“Kubilang keluar!! Sekarang juga!! ”
***
Myeongdong
Apartment, 23 Januari 2012
Aku
tak ingin bertemu lagi dengan pria aneh bernama Hongki itu. Beraninya ia
memintaku untuk tidak pergi ke pertunjukkan yang selama ini telah ku impikan.
Untuk apa aku menuruti kata-kata seorang pria yang bahkan belum genap 1 minggu
ku kenal dan tiba-tiba berkata tentang hari pemakamanku, kematian, emmang siapa
dia? Tuhan? Yang bisa meramalkan hidup dap matinya seseorang? Memang dasar pria
aneh. Namun entah mengapa kata-katanya masih terngiang di telingaku sampai saat
ini . “Tapi kau akan meninggal jika kau tetap pergi.”
Ku
putuskan hari ini untuk terus melakukan latihan demi pertunjukan besok. Aku tak
mau hasil jerih payahku selama ini sia-sia hanya karena beban pikiran akan
kematian aneh yang diramalkan oleh pria aneh semacam Hongki.
***
Myeongdong
Street, 24 Januari 2012, 7 PM KST
“Tapi
kau akan meninggal jika kau tetap pergi.” Kata-kata ini terasa seperti
lelucon belaka di telingaku. Namun ada sedikit rasa takut yang menghantuiku.
Tidak, aku tak boleh mempercayai kata-kata ini, hanya dalam 2 jam pertunjukanku
akan segera dimulai. Tidak mungkin aku membuang-buang kesempatan emas ini.
Kulangkahkan
kaki menelusuri kota Myeongdong di malam hari dengan headset yang terpasang di
kedua telingaku. Lagu yang mengalun begitu indah dan tenang, ya lagu favoritku,
Severely – FT Island. Ku langkahkan kakiku di zebra cross Myeondong street.
“Seolhyun-a, awass!!!”
Samar-samar
aku mendengar suara yang memanggil namaku. Suara itu? Suara Hongki?
BRAKK!!!
Suara
yang begitu keras disertai suara pecahan beling dan klakson bergerilya tepat di
belakangku. Langkahku terhenti, Aku memutar kepalaku, memutar tubuhku ke
belakang. Pemandangan apa yang kudapat? Tidak mungkin, tidak mungkin ini
terjadi. Aku berlari ke sosok yang etngah terkapar bersimbah darah di
hadapanku.
“Hongki, Hongki, bangun, kau
mendengarku? Katakan kau mendengarku! Hongki ~ Hongki~ “
Tak
kuasa ku membendung air mata ini, tanganku bergetar memeluk wajah bersimbah darah
di hadapanku. Ingin rasanya ku berteriak sekencang-kencangnya, namun hanya
isakan tangis pilu yang dapat keluar dari bibirku. Mengapa ini terjadi? Hongki,
tolong bangun, jawab aku. Memang seharusnya aku tidak pergi ke pertunjukan
ballet itu, mengapa? Mengapa aku menghiraukan peringatannya?
***
Korean National Cemetery,
25 Januari 2012
Hujan gerimis mengiringi kepergian
Hongki ke tempat peristirahatan terakhirnya. Hujan gerimis yang membasahi
seluruh tanah pemakaman seakan marah akan kebodohanku. Semakin lama semakin
deras. Aku, Seolhyun hanya bisa menangis menumpahkan segala amarah dan
kesedihanku di bawah hitamnya langit mendung, hitamnya payung, hitamnya suasana
duka, dan hitamnya ukiran di atas batu nisan
END
PLEASE DONT BE A SILENT READER. COMMENT JUSEYO ^^